My Favourite Pic

My Favourite Pic
Like a so much
Powered By Blogger

Simak Qur'an dengan hati yang tenang let's Go...

Lihat Tangal Sekarang Tuh,......biar gak lupa... okey..

Kamis, 18 Desember 2008

CInta Kepada Alloh 1

Bercinta Dengan Tuhan
Perjuangan melawan nafsu adalah bentuk pergulatan hidup manusia. Cinta adalah pemicunya. Mencintai apapun selain
Allah ibarat memahat sesuatu yang menjelma menjadi tuhan-tuhan selain Dia. "Maka pernahkah kamu melihat orang
yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya." (Al Jaatsiyah: 23).
Mulai dari awal penciptaan, Allah telah menetapkan manusia sebagai khalifah atau pemimpin di muka bumi. "Ingatlah
ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
menyucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Al Baqarah:
30).
Dengan predikat sebagai pemimpin, manusia termasuk makhluk yang paling sempurna dalam ciptaan-Nya.
Sebagaimana wujud manusia yang terdiri dari jasmani, nafsani dan rohani. "Sesungguhnya Kami telah menciptakan
manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya." (At Tiin: 4).
Jasmani adalah fisik manusia yang hanya dapat berinteraksi dengan kehidupan yang serba lahiriah (dunia). Berbeda
dengan nafsani, yaitu jiwa yang dapat mewarnai sifat dan karakter manusia sesuai dengan ilham yang diberikan Allah
padanya. "Dan nafsu (jiwa) serta penyempurnaannya, maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan
ketakwaannya." (Asy Syams: 7 dan 8).
Adapun roh itu ada pada rahasia Allah, tidak ada yang mengetahuinya kecuali hanya sedikit saja. "Dan mereka bertanya
kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhanku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan
melainkan sedikit." (Al Israa': 85)
Dengan fasilitas yang telah disediakan Allah di dunia, manusia dengan jasmani dan jiwanya berkembang sesuai dengan
fitrahnya. "Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah
menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi
kebanyakan manusia tidak mengetahui." (Ar Ruum: 30).
Cinta & Tuhan
Mencintai sesuatu berarti mengutamakan sesuatu, bila keutamaan itu sampai membuat seseorang lupa pada Allah,
maka sesuatu itu menjelma menjadi tuhan bagi dirinya. Berbeda dengan orang yang mencintai Allah. Orang yang
mencintai Allah pasti mencintai sesuatu, tapi orang yang mencintai sesuatu belum tentu mencintai Allah.
Cinta yang tumbuh dan berkembang dalam diri manusia merupakan fitrah yang tidak dapat ditolak kehadirannya. Karena
cinta adalah anugerah yang ditanamkan Allah ke dalam hati manusia. "Dijadikan indah pada (pandangan) manusia
kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak,
kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat
kembali yang baik." (Ali 'Imran: 14)
Dan ketika seorang laki-laki mencitai wanita atau sebaliknya, maka rasa cinta itu harus dipandang sebagai anugerah
Allah. Begitu pula cinta terhadap anak-anak, harta benda, kedudukan dan martabat, semuanya harus dikembalikan
kepada Allah. Artinya ekspresi cintanya semata-mata karena memelihara amanat dan anugerah Allah.
Cinta adalah sesuatu yang lembut dan meliputi relung hati. Cinta tidak bisa didefinisikan dengan kata-kata, namun
refleksi dari cinta terlihat pada sifat orang yang bercinta, melalui ekspresi kepatuhan dan pengabdian.
Apabila cinta telah berkembang menjadi kepatuhan dan pengabdian kepada sesuatu, hingga melampaui kepatuhan dan
pengabdiannya kepada Allah, maka sudah pasti sesuatu yang dicintainya itu menjelma menjadi tuhan-tuhan selain Allah.
Dalam realita kehidupan, banyak orang yang mencintai tuhan-tuhan selain Allah dengan menjadikan yang dicintainya
sebagai sesembahan di dalam hatinya. Sebagai contoh, orang yang lebih mengutamakan kecintaannya pada istri,
suami, anak-anak, ketimbang Allah.
Tuhan adalah predikat dari sesuatu, baik dalam wujud lahiriah maupun dalam wujud imajinasi. Dalam kalimat tauhid
menyebutkan: "Tidak ada tuhan kecuali Allah." Berarti tidak ada tuhan-tuhan dalam bentuk apapun yang dipandang
secara lahiriah, juga tidak ada sesuatu dalam imajinasi yang dapat menumbuhkan rasa cinta hingga melampaui cintanya
pada Allah. Lebih spesifik lagi dalam memaknakan kalimat tauhid ialah: Tidak ada cinta pada tahta, harta dan wanita
(baca: lawan jenis), kecuali hanya pada Allah semata.
Cinta tumbuh dan berkembang di dalam hati. Mencintai sesuatu berarti menyediakan ruang dalam hati untuk
bersemayam sesuatu yang dicinta. Hal ini, sama saja menempatkan berhala-berhala di sekeliling rumah Allah, sebab
bagi orang-orang yang beriman, hati itu rumah Allah yang harus dijaga kebersihan dan kesuciannya.
Jika ada orang yang mencintai sesembahan selain Allah dalam bentuk arca dan berhala, maka tidak sedikit pula orang
yang menjadikan sesuatu itu berhala-berhala di dalam hatinya dan sekaligus menjadi tuhan-tuhan selain Allah. Seperti
orang yang mengutamakan cintanya pada tahta, harta, wanita (baca: lawan jenis), anak dan keluarga, sampai-sampai
hatinya dipenuhi dengan berbagai hal tersebut. "Katakanlah: "jika bapa-bapa, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat
tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang
fasik." (At Taubah: 24).
Mencintai sesuatu boleh saja, tetapi harus dimaknai sebagai refleksi cintanya kepada Allah, dan bukan malah
menjadikan cintanya itu sebagai ajang untuk menguasai dan memiliki sesuatu sehingga membuat Allah tersisih.
Jika ada rasa cinta pada sesuatu dan membuat lupa pada Allah, maka sesuatu itu menjadi tuhan-tuhan selain diri-Nya.
Sama saja orang tersebut sedang bercinta dengan tuhannya. Tuhan yang dimaksud, ialah tuhan-tuhan penjelmaan
http://www.akmaliah.com - .: Pesantren Akmaliah :. Powered by Mambo Generated: 19 December, 2008, 09:29
sesuatu yang dicintainya sesuai dengan nafsunya. "Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati
pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya
petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?" (Al Jaatsiyah: 23)
Tauhid & Cinta
Tauhid akan mengantarkan seseorang pada maqam hakikat Istiqlal (merdeka). Sebab dengan memahami tauhid,
seseorang dapat melepaskan diri dari belenggu nafsu dunia dan ananiah (ke-aku-an) yang memenjarakannya.
Tauhid juga menumbuhkan cinta kepada Allah. Memahami tauhid sama dengan memosisikan diri menjadi pencinta
Allah. Tidak bertauhid, berarti ada kesenjangan cinta dengan Allah. Sebagaimana kesenjangan cinta antara suami istri
yang dipicu karena tidak sepaham dalam memandang dan meminati sesuatu. Untuk mencapai cinta yang sejati dan
murni, harus ada kesamaan dalam banyak hal, disertai kesediaan untuk melebur dengan keinginan dan kemauan demi
yang dicinta. Karena melebur pada kehendak yang dicinta merupakan bentuk pengorbanan yang hakiki.
Pernyataan cinta seorang hamba pada Tuhan harus diikuti oleh kepatuhan mengikuti kehendak-Nya. Seraya berkata
dan meyakini dalam hati: "Tidak ada daya dan upaya, kecuali dengan daya dan upaya Allah Yang Maha Agung lagi
Maha Tinggi." Yang berarti daya dan upaya seorang hamba selaras dengan kehendak Allah.
Jika seorang hamba menyatakan cinta kepada Allah, tetapi tidak mau berjalan di bawah kehendak-Nya, maka cintanya
sebatas lipstik kata-kata yang menggumpal jadi kalimat untuk bermunajat. Seperti orang yang berteriak lantang
menyuarakan cinta, dan tidak mau merendahkan suaranya demi yang dicinta. Teriakan itu adalah refleksi ke tidak
tahuan makna dan hakikat cinta. Cinta tidak perlu diteriakkan, karena cinta tidak butuh kata-kata dalam bentuk sajak.
Cinta adalah cinta yang hanya dapat dirasa dalam sujud kepasrahan. "Kamu lihat mereka ruku dan sujud mencari
karunia Allah dan keridaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud." (Al Fath: 29)
Cinta kepada Allah yang ditanam dengan benih tauhid dan selalu disirami dengan air ibadah akan tumbuh subur dan
berbuah cinta abadi dalam bentuk kepatuhan dan pengabdian. Kepatuhan mengikuti Rasul-Nya dan mengabdi sebagai
hamba-Nya seraya berharap pada cinta kasih-Nya. "Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (Ali 'Imran:
31).
Seseorang yang mengikuti Rasul-Nya karena cintanya pada Allah, berarti telah mampu melepaskan diri dari perbudakan
nafsu, terbebas dari hukum basyariah (fisik) dan terlepas dari sesuatu selain Allah yang mencengkeramnya.
Terbebas dari hukum basyariah itu bukan berarti tarikus syari'at (meninggalkan syariat Nabi Muhammad Saw.). Tetapi
menyediakan seluruh hidup dan matinya hanya untuk Allah Tuhan Semesta Alam. Inilah hakikat tauhid dan cinta
seorang hamba pada Tuhannya. "Sesungguhnya shalat dan ibadahku, hidup dan matiku, kuserahkan seluruhnya hanya
kepada Allah Tuhan semesta alam." (arti sebagian doa iftitah).
Cinta & Pengabdian
Kepatuhan dan pengabdian merupakan bentuk ekspresi cinta seorang hamba kepada tuhannya, baik tuhan dalam arti
sesuatu yang merupakan jelmaan dari rasa cinta, atau Tuhan dalam arti yang sesungguhnya. Seorang hamba yang
mencintai Tuhan, di hatinya tak ada ruang kosong untuk ditempati oleh sesuatu selain diri-Nya. Hanya Allah yang
meliputi dan memenuhi hatinya sepanjang masa.
Bagai gayung bersambut, Allah pun mencintai hamba-Nya sesuai dengan kapasitas dan kemampuan hamba dalam
menerima cinta-Nya. Sebagai bukti awal cinta-Nya, Dia membersihkan hati hamba dengan ampunan yang berlimpah.
Rahmat dan salam datang silih berganti menghiasi hati hamba-hamba-Nya.
Cinta kasih Allah adalah Nur yang menerangi hati hamba-hamba-Nya. Ketika Nur Ilahi telah masuk ke lubuk hati seorang
hamba, maka hamba tersebut akan merasakan lapang dada dan luas hatinya untuk memaafkan kesalahan siapa pun,
sebelum ada yang datang meminta maaf. "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena
itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu.
Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakal kepada-Nya." (Ali 'Imran: 159).
Di samping itu, tercermin pula pada sikap hidup yang selalu mengutamakan wilayah spiritual ketimbang wilayah material.
Artinya, jika dihadapkan pada dua pilihan antara kepentingan akhirat dengan dunia, maka akan memilih untuk
kepentingan akhiratnya. Dalam hal memilih pasangan hidup misalnya, wanita atau pria yang beriman itu lebih baik untuk
akhiratnya daripada wanita atau pria yang musyrik, kendatipun lebih menarik dipandang nafsu syahwatnya. "Dan
janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin
lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-orang musyrik
(dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan ampunan
dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran." (Al Baqarah: 221).
Pengabdian seorang hamba terhadap Allah ialah penyerahan diri sepenuhnya di bawah kehendak-Nya (tawakal),
dengan demikian seorang hamba akan mendapatkan cinta-Nya yang penuh rahmah dan ampunan. "Mereka itulah yang
mendapat salawat (salam cinta) yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang
mendapat petunjuk." (Al Baqarah: 157). J Mursyid Akmaliah

CInta Kepada Alloh

Love is spiritually ultimate…
merupakan cinta paling mungkin dan rasional…
Bagi yang buta mata hati, cinta kepada selain Allah
adalah satu-satunya cinta paling logis dan rasional…
Bagi yang punya mata hati, cinta kepada Allah

Menurut Al Ghazali, terdapat lima faktor dan tingkatan yang membuat cinta itu tumbuh, yaitu sebagai berikut:

1. Mencintai diri sendiri

Mencintai keberadaan dirinya, kesempurnaannya, dan demi eksistensi dirinya. Cinta seperti ini cinta paling primordial dalam kehidupan manusia. Setiap yang hidup pertama-tama pasti mencintai dirinya sendiri

2. Mencintai orang yang berbuat baik kepada dirinya

Tetapi manusia juga memiliki sifat kebaikan. Hati manusia memang diciptakan Allah dengan watak mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan membenci orang yang berbuat jahat kepadanya. Mencintai orang lain yang berbuat baik kepadanya untuk kepentingan mempertahankan dan meningkatkan, serta mencegah hilangnya eksistensi dirinya. Seperti ilmu dan guru, adalah dua hal yang sama-sama dicintai oleh manusia. Ilmu dicintai karena wujud ilmu itu dapat mengukuhkan eksistensi dirinya, sedangkan guru dicintai karena ia adalah penyebab bagi adanya ilmu. Ia sebenarnya bukan mencintai guru yang berbuat baik itu. Ini jelas hanya respon terhadap salah satu tindakan baik gurunya. Jika kebaikannya habis, maka habis pula cintanya, walaupun guru sebenarnya masih ada. Jika kebaikannya berkurang, maka berkurang pula cintanya. Cinta dapat berkurang atau bertambah sesuai dengan berkurang dan bertambahnya kebaikan yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.

3. Mencintai wujud dari yang dicintai itu sendiri

Bukan lagi mencintai orang lain karena ingin memperoleh di balik wujud sesuatu. Inilah cinta yang hakiki dan paling tinggi kedudukannya di dunia. Seseorang mencintai keindahan demi keindahan itu sendiri. Ia mencintai keindahan demi nilai keindahan itu sendiri, karena mengenal keindahan merupakan kenikmatan. Dan kenikmatan itu dicintai karena wujud itu sendiri, bukan karena yang lain, bukan karena kepentingan yang lain.
Mencintai siapapun yang memang berbuat kebaikan, meskipun kebaikan itu tidak untuk kepentingan dan eksistensi dirinya, bahkan tidak berdampak kepada dirinya.

4. Cinta Keindahan dan Kebaikan Substantif

Mencintai keindahan dan kebaikan tidak hanya bersifat lahir, wujud, tetapi juga mencintai keindahan, kebaikan secara batin, substantif. Kebaikan, keindahan, dan setiap yang dicintai selalu memiliki citra lahir dan batin. Citra lahir teridentifikasi melalui mata lahir dan dapat terekstraksi pada panca indera lainnya. Citra batin teridentifikasi melalui mata batin dan terekstraksi pada pengalaman abadi non materi. Inilah yang sebenarnya disebut cinta yang melampaui cinta materi.

5. Mencintai Siapapun dan Apapun yang Memiliki Keselarasan Batin

Seringkali cinta terjalin antara dua orang bukan karena alasan keindahan dan kebaikan, keuntungan, atau manfaat lainnya. Cinta yang lebih tinggi dapat terjalin karena adanya keselarasan jiwa antara keduanya.

Cinta akan benar-benar utuh ketika kelima faktor tersebut menyatu dalam diri seseorang. Dan lima faktor tersebut hanya dapat menyatu secara sempurna dalam pangkuan Allah SWT. Caranya adalah dengan selalu melakukan pemurinuan jiwa, pensucian jiwa, yaitu tazkiyah an-nafs. Seperti disebutkan oleh Sabda Rasulullah saw., bahwa Pensucian Jiwa Adalah Separuh Iman. Tazkiyah an-nafs menekankan laku tawbah, shabr, zuhd, khauf (takut) dan raja’(selalu berharap) secara terus menerus.

Puncak penyucian jiwa itu sendiri sebenarnya adalah pengosongan jiwa dari segala sesuatu selain Allah. Sehingga dengan kondisi seperti itu, hati benar-benar siap menerima makrifat dan hubb Allah (kecintaan kepada Allah). Dengan pensucian itu maka diharapkan memunculkan kekuatan dan keluasan makrifat atas hati. Makrifat atas hati ini akan membuahkan Syawq (rindu), Uns (mesra) dan Ridha kepada Allah SWT.

Disarikan dari Rindu Tanpa Akhir (Al Mahabbah wa al-Syawq wa al-Uns Wa al- Ridha) karya Imam Al Ghazali. Terjemahan Edisi II. Penerbit Serambi. Tahun 2006.

Minggu, 23 November 2008

DI BALIK PERANG IRAK

Rencana perang Irak, yang dilancarkan meski mendapat tentangan dari seluruh dunia, telah dipersiapkan setidaknya puluhan tahun lalu oleh para ahli strategi Israel. Dalam upayanya mewujudkan strategi pelemahan atau pemecahbelahan negara-negara Arab Timur Tengah, Israel memasukkan Mesir, Syiria, Iran dan Saudi Arabia dalam daftar sasaran berikutnya.

Saat tulisan ini disusun, Amerika Serikat (AS) telah memulai penggempuran terhadap Irak. Meskipun kenyataannya kebanyakan negara di seluruh dunia, bahkan sebagian besar sekutu AS sendiri, menentangnya, pemerintahan AS bersikukuh untuk meneruskan rencana serangannya. Ketika kita melihat apa yang ada di balik sikap keras kepala AS ini, maka Israel-lah satu-satunya yang bertanggung jawab atas pertumpahan darah dan penderitaan di Timur Tengah sejak awal abad kedua puluh. Kebijakan pemerintah Israel yang ditujukan untuk memecah-belah Irak memiliki akar sejarah yang panjang"

Rencana Israel Membagi Irak

Laporan berjudul "A Strategy for Israel in the Nineteen Eighties" (Strategi Israel di Tahun 1980-an), oleh majalah berbahasa Ibrani terbitan Departemen Informasi, Kivunim, bertujuan menjadikan seluruh kawasan Timur Tengah sebagai wilayah pemukiman Israel. Laporan tersebut, yang disusun oleh Oded Yinon - seorang wartawan Israel yang pernah dekat dengan kementrian luar negeri Israel - memaparkan skenario "pembagian Irak" sebagaimana berikut:

Irak, negeri kaya minyak yang menghadapi masalah perpecahan dalam negeri, dijamin bakal menjadi sasaran Israel. Mengakhiri riwayat Irak jauh lebih penting bagi kita ketimbang Syria" Sekali lagi, Irak pada intinya tidaklah berbeda dengan para tetangganya, meskipun sebagian besar penduduknya adalah penganut Syi'ah dan sebagian kecil Sunni yang menguasai pemerintahan. Enam puluh lima persen penduduknya tidak memiliki andil dalam politik di negara di mana sekelompok elit berjumlah 20 persen memegang kekuasaan. Selain itu terdapat minoritas Kurdi berjumlah besar di wilayah utara, dan jika bukan karena kekuatan rezim yang memerintah, angkatan bersenjatanya, dan pemasukannya dari minyak, masa depan Irak akan takkan berbeda dengan nasib Libanon di masa lalu" Dalam kasus Irak, pembagiannya menjadi sejumlah provinsi berdasarkan garis suku atau agama sebagaimana yang terjadi pada Syiria di masa kekhalifahan Utsmaniyyah adalah sesuatu yang mungkin. Jadi, tiga (atau lebih) negara kecil akan terbentuk di sekitar tiga kota utama: Basrah, Baghdad, dan Mosul; dan wilayah kaum Syi'ah di selatan akan terpisah dari wilayah kaum Sunni dan suku Kurdi di utara.

Kita hanya perlu sedikit mengingat kembali bagaimana skenario ini sebagiannya telah dilakukan pasca Perang Teluk 1991, di mana Irak secara efektif, kalau tidak secara resmi, dibagi menjadi tiga wilayah. Fakta bahwa rencana AS menduduki Irak, yang sedang dilakukan saat tulisan ini dibuat, dapat kembali mendorong terbaginya wilayah tersebut, merupakan sebuah ancaman nyata.

Peran Israel dalam Perang Teluk

Penerapan strategi Israel telah dilakukan sejak tahun 1990. Saddam Hussein menyerbu Kuwait dalam serangan mendadak pada tanggal 1 Agustus 1990, sehingga memunculkan krisis internasional. Israel menjadi pemimpin bagi kekuatan-kekuatan yang mendorong terjadinya krisis itu. Israel adalah pendukung tergigih sikap yang dianut AS menyusul serangan terhadap Kuwait. Kalangan Israel bahkan menganggap AS bersikap moderat, dan menginginkan adanya kebijakan yang lebih keras. Sedemikian jauhnya sehingga Presiden Israel, Chaim Herzog, menganjurkan agar AS menggunakan bom nuklir. Di sisi lain, lobi Israel di AS tengah berupaya untuk mendorong terjadinya serangan berskala luas atas Irak.

Seluruh keadaan ini mendorong terbentuknya pandangan di AS bahwa serangan terhadap Irak yang sedang dipertimbangkan, sesungguhnya dirancang demi kepentingan Israel. Komentator terkenal, Pat Buchanan, merangkum pandangan ini dalam kalimat " Hanya ada dua kelompok yang menabuh genderang perang di Timur Tengah - Kementrian Pertahanan Israel dan kelompok pendukungnya di Amerika Serikat." (http://www.infoplease.com/spot/patbuchanan1.html)

Israel juga telah memulai kampanye propaganda serius dalam masalah ini. Karena kampanye ini sebagian besar dilancarkan secara rahasia, maka Mossad pun terlibat pula. Mantan agen Mossad, Victor Ostrovsky, memberikan informasi penting mengenai hal ini. Menurutnya, Israel telah berkeinginan melancarkan peperangan bersama AS melawan Saddam jauh sebelum krisis Teluk. Bahkan Israel telah memulai melaksanakan rencana tersebut segera setelah berakhirnya perang Iran-Irak. Ostrovsky melaporkan bahwa departemen Perang Psikologi Mossad (LAP - LohAma Psicologit) melancarkan kampanye ampuh menggunakan teknik disinformasi. Kampanye ini ditujukan untuk menampilkan Saddam sebagai seorang diktator berdarah dan ancaman bagi perdamaian dunia. (Victor Ostrovsky, The Other Side of Deception, hlm. 252-254).

Agen Mossad Berbicara tentang Perang Teluk

Ostrovsky menjelaskan bagaimana Mossad menggunakan para agen atau simpatisan di berbagai belahan dunia dalam kampanye ini dan bagaimana, misalnya, Amnesty International atau "para penolong Yahudi sukarelawan (sayanim)" di konggres AS dikerahkan. Di antara cara yang digunakan dalam kampanye tersebut adalah rudal yang diluncurkan ke sasaran-sasaran penduduk sipil di Iran selama perang Iran-Irak. Sebagaimana dijelaskan Ostrovsky, penggunaan rudal-rudal ini oleh Mossad di kemudian hari sebagai sarana propaganda sungguh janggal, sebab rudal-rudal tersebut ternyata telah diarahkan ke sasarannya oleh Mossad, dengan bantuan informasi dari satelit AS. Setelah mendukung Saddam selama perangnya melawan Iran, Israel kini tengah berupaya menampilkannya sebagai seorang monster. Ostrovsky menulis:

Para petinggi Mossad mengetahui bahwa jika mereka dapat menjadikan Saddam terlihat sebagai sosok sangat jahat dan sebagai ancaman bagi pasokan minyak Teluk, yang hingga saat itu ia telah menjadi pelindung pasokan tersebut, maka Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya takkan membiarkan Saddam begitu saja, tapi akan membuat perhitungan yang akan menghancurkan angkatan bersenjata dan kekuatan persenjataanya, khususnya jika mereka sampai yakin bahwa ini hanyalah kesempatan terakhir mereka sebelum Saddam menggunakan senjata nuklir. (Victor Ostrovsky, The Other Side of Deception, hlm. 254)

Israel sangat bersikukuh dalam masalah ini, dan dalam kaitannya dengan Amerika Serikat, pada tanggal 4 Agustus 1990, Menteri Luar Negeri Israel, David Levy, mengeluarkan ancaman menggunakan bahasa diplomatis kepada William Brown, duta besar AS untuk Israel, dengan mengatakan bahwa Israel "menginginkan AS akan memenuhi semua tujuan-tujuan yang ditetapkan Israel untuk mereka sendiri di awal krisis teluk," dengan kata lain AS hendaknya menyerang Irak. Menurut Levy, jika AS tidak melakukannya, Israel akan melancarkannya sendiri. (Andrew and Leslie Cockburn, Dangerous Liaison, hlm. 356.)

Akan sangat menguntungkan bagi Israel jika AS terlibat perang tanpa keterlibatan apa pun di pihak Israel: dan inilah yang benar-benar terjadi.

Israel Memaksa AS Berperang

Akan tetapi, kalangan Israel terlibat secara aktif dalam perencanaan perang oleh AS. Sejumlah pejabat AS yang terlibat merancang Operation Desert Storm (Operasi Badai Gurun) menerima arahan taktis jitu dari kalangan Israel bahwa "cara terbaik melukai Saddam adalah dengan melancarkan serangan terhadap keluarganya."

Kampanye propaganda yang diilhami Mossad sebagaimana dilaporkan Ostrovsky membentuk dukungan publik yang diperlukan dalam Perang Teluk. Sekali lagi, para pembantu lokal Mossad-lah yang berperan menyulut api peperangan. Lembaga pelobi Hill and Knowlton, yang dikendalikan oleh Tom Lantos dari lobi Israel, mempersiapkan rancangan yang dramatis guna meyakinkan para anggota Konggres perihal perang melawan Saddam. Turan Yavuz, wartawan Turki terkenal, memaparkan kejadian tersebut:

9 Oktober 1990. Lembaga pelobi Hill and Knowlton mengadakan pertemuan di Konggress yang bertemakan "Kebiadaban Irak." Sejumlah "saksi mata" yang dihadirkan dalam acara itu oleh lembaga pelobi tersebut menyatakan bahwa tentara Irak membunuh bayi-bayi baru lahir di bangsal-bangsal rumah sakit. Seorang "saksi mata" memaparkan kekejaman itu dengan sangat rinci, dan mengatakan bahwa para prajurit Irak telah membunuh 300 bayi baru lahir di satu rumah sakit saja. Berita ini sungguh mengguncang para anggota Konggress tersebut. Ini menguntungkan bagi pihak Presiden Bush. Namun, belakangan diketahui bahwa saksi mata yang dihadirkan oleh lembaga pelobi Hill and Knowlton di hadapan Konggres ternyata adalah anak perempuan duta besar Kuwait untuk Washington. Kendatipun demikian, kisah yang dituturkan anak perempuan tersebut sudah cukup bagi para anggota Konggress untuk menjuluki Saddam sebagai "Hitler". (Turan Yavuz, ABD'nin Kürt Karti (The US' Kurdish Card), hlm. 307)

Hal ini mengarahkan pada satu kesimpulan saja: Israel berperan penting dalam kebijakan Amerika Serikat untuk melancarkan perang pertamanya terhadap Irak. Perang yang kedua tidaklah banyak berbeda.

Alih-Alih "Perang terhadap Terorisme"

Berlawanan dengan keyakinan masyarakat luas, rencana untuk menyerang Irak dan menggulingkan rezim Saddam Hussein dengan kekuatan senjata telah dipersiapkan dan dicanangkan dalam agenda Washington sejak lama sebelum dilancarkannya "perang mewalan terror," yang mengemuka pasca peristiwa 11 September. Isyarat pertama adanya rencana ini mengemuka pada tahun 1997. Sekelompok ahli strategi pro-Israel di Washington mulai memunculkan skenario penyerangan atas Irak dengan memanfaatkan lembaga think-tank "konservatif baru", yang dinamakan PNAC, Project for The New American Century (Proyek bagi Abad Amerika Baru).

Sebuah artikel berjudul "Invading Iraq Not a New Idea for Bush Clique: 4 Years Before 9/11 Plan Was Set" (Penyerangan atas Irak Bukan Gagasan Baru bagi Kelompok Bush) yang ditulis William Bruch dan diterbitkan di the Philadelphia Daily News, memaparkan fakta berikut:

Namun kenyataannya, Rumsfeld, Wakil Presiden Dick Cheney, dan sekelompok kecil ideolog konservatif telah memulai wacana penyerangan Amerika atas Irak sejak 1997 – hampir empat tahun sebelum serangan 11 September dan tiga tahun sebelum Presiden Bush memegang pemerintahan.

Sekelompok pembuat kebijakan sayap kanan yang terdengar mengkhawatirkan, yang tidak begitu dikenal, yang disebut Proyek bagi Abad Amerika Baru, atau PNAC – yang berhubungan erat dengan Cheney, Rumsfeld, deputi tertinggi Rumsfeld, Paul Wolfowitz, dan saudara lelaki Bush, Jeb – bahkan mendesak presiden waktu itu, Clinton, untuk menyerbu Irak di bulan Januari 1998. (William Bunch, Philadelphia Daily News, 27 Jan. 2003)

Minyakkah yang Menjadi Tujuan Sebenarnya?

Mengapa para anggota PNAC sangat bersikukuh untuk menggulingkan Saddam? Artikel yang sama melanjutkan:

Meskipun minyak melatarbelakangi pernyataan kebijakan PNAC terhadap Irak, namun tampaknya ini bukanlah pendorong utama. [Ian] Lustick, [seorang profesor ilmu politik Universitas Pennsylvania dan ahli Timur Tengah,] yang juga pengecam kebijakan Bush, mengatakan bahwa minyak dipandang oleh para pendukung perang terutama sebagai cara untuk membayar operasi militer yang sangat mahal.

"Saya dari Texas, dan setiap orang perminyakan yang saya kenal menentang tindakan militer terhadap Irak," kata Schmitt dari PNAC. "Pasar minyak tidak perlu diganggu."

Lustick yakin bahwa dalang tersembunyi yang sangat berpengaruh kuat kemungkinan adalah Israel. Ia mengatakan para pendukung perang dalam pemerintahan Bush yakin bahwa parade pasukan di Irak akan memaksa Palestina menerima rancangan perdamaian yang menguntungkan Israel"(William Bunch, "Invading Iraq not a new idea for Bush clique" Philadelphia Daily News, 27 Jan. 2003)

Jadi, inilah dorongan utama di balik rencana untuk menyerang Irak: membantu strategi Israel di Timur Tengah.

Fakta ini juga ditengarai oleh sejumlah ahli Timur Tengah lainnya. Misalnya Cengiz Çandar, ahli Timur Tengah asal Turki, memaparkan kekuatan sesungguhnya di balik rencana penyerangan atas Irak sebagaimana berikut:

"Siapakah yang mengarahkan serangan atas Irak? Wakil Presiden Dick Cheney, Menteri Pertahanan Rumsfeld, Penasehat Keamanan Dalam Negeri Condoleeza Rice. Mereka inilah para pendukung "tingkat tinggi" terhadap penyerbuan tersebut. Akan tetapi, selebihnya dari gunung es tersebut sungguh lebih besar dan lebih menarik. Terdapat sejumlah "lobi."

Yang terdepan di barisan lobi ini adalah tim Jewish Institute for Security Affairs (Lembaga Yahudi untuk Masalah Keamanan) JINSA, yang merupakan kelompok kanan Israel pro-Likud yang dikenal memiliki hubungan dekat dengan industri-industri senjata AS" Mereka memiliki hubungan erat dengan "lobi persenjataan," Lockheed, Northrop, General Dynamics dan industri militer Israel" Prinsip mendasar JINSA adalah bahwa keamanan AS dan Israel adalah tak terpisahkan. Dengan kata lalin, keduanya adalah sama.

Tujuan JINSA tidak terbatas pada merobohkan rezim Saddam di Irak, tetapi juga mendukung penggulingan rezim Saudi Arabia, Syria, Mesir dan Iran dengan logika "perang total", yang diikuti dengan "penegakan" demokrasi. …Dengan kata lalin, sejumlah Yahudi Amerika yang seirama dengan kelompok-kelompok paling ekstrim di Israel sekarang terdiri atas orang-orang yang mendukung perang di Washington. (Cengiz Çandar, "Iraq and the 'Friends of Turkey' American Hawks", Yeni Safak, 3 September 2002.)

Proyek Israel "Penguasaan Dunia secara Diam-Diam"

Singkatnya, terdapat kalangan di Washington yang mendorong terjadinya perang yang awalnya dilancarkan terhadap Irak, dan setelah itu terhadap Saudi Arabia, Syria, Iran dan Mesir. Ciri mereka paling kentara adalah mereka berbaris di samping, dan bahkan sama dengan, "lobi Israel."

Tak menjadi soal betapa sering mereka berbicara tentang "kepentingan Amerika," orang-orang ini sebenarnya mendukung kepentingan Israel. Strategi melancarkan peperangan terhadap seluruh Timur Tengah sehingga menjadikan seluruh rakyat di kawasan tersebut bangkit melawan AS tak mungkin akan menguntungkan pihak AS. Penggunaan strategi seperti ini hanya mungkin dapat dilakukan jika AS tunduk pada Israel, melalui lobi Israel, yang luar biasa berpengaruhnya terhadap kebijakan luar negeri negara tersebut.

Dengan alasan ini, maka di belakang strategi yang mulai dijalankan pasca 11 September dan yang ditujukan untuk merubah peta seluruh dunia Islam, terdapat rencana rahasia Israel untuk "menguasai dunia." Sejak pendiriannya, Israel telah bercita-cita merubah peta Timur Tengah, menjadikannya mudah diatur sehingga tidak lagi menjadi ancaman baginya. Israel telah menggunakan pengaruhnya di AS untuk tujuan ini di tahun-tahun belakangan, dan memiliki andil besar dalam mengarahkan kebijakan Washington di Timur Tengah. Keadaan pasca 11 September memberi Israel kesempatan yang selama ini telah dicari-carinya. Para ideolog pro-Israel yang selama bertahun-tahun secara tidak benar telah menyatakan bahwa Islam sendirilah yang – dan bukan sejumlah kelompok radikal militan yang berbaju Islam – memunculkan ancaman terhadap Barat dan AS. Merekalah yang berusaha meyakinkan kebenaran gagasan keliru tentang "benturan antar peradaban," dan telah berupaya mempengaruhi AS agar memusuhi dunia Islam setelah peristiwa 11 September. Sudah sejak tahun 1995, Israel Shahak dari Universitas Hebrew, Jerusalem, menuliskan keinginan Perdana Menteri Rabin sebagai "gagasan perang melawan Islam yang dipimpin Israel." Nahum Barnea, penulis opini dari surat kabar Israel, Yediot Ahronot, menyatakan di tahun yang sama bahwa Israel tengah mengalami kemajuan "[untuk] menjadi pemimpin Barat dalam perang melawan musuh, yakni Islam." (Israel Shahak, "Downturn in Rabin's Popularity Has Several Causes", Washington Report on Middle East Affairs, Maret 1995.)

Semua yang telah terjadi di tahun-tahun berikutnya adalah bahwa Israel menjadikan niatannya semakin kentara. Iklim politik pasca 11 September memberikan peluang untuk mewujudkan niatan ini menjadi kenyataan. Dunia kini tengah menyaksikan tahap demi tahap menerapan kebijakan Israel dalam memecah-belah Irak, yang telah dirancang di Konggres Zionis Dunia pada tahun 1982.

Satu-Satunya Jalan Menuju Perdamaian Dunia: Persatuan Islam

Keadaan di atas dapat dirangkum sebagai berikut: Tujuan Israel adalah untuk menata ulang kawasan Timur Tengah menurut kepentingan strategisnya sendiri. Untuk mencapai hal ini, untuk menguasai Timur Tengah, wilayah paling mudah bergejolak di dunia, Israel memerlukan sebuah "kekuatan dunia." Kekuatan ini adalah Amerika Serikat; dan Israel, dengan kekuatan pengaruhnya terhadap AS, tengah berupaya menggadaikan kebijakan luar negeri AS terhadap Timur Tengah. Meskipun Israel adalah sebuah negara kecil berpenduduk 4,5 juta jiwa, rencana yang disusun Israel dan para pendukungnya di Barat mengendalikan keseluruhan dunia.

Apa yang perlu dilakukan menghadapi kenyataan ini?

1) Kegiatan melobi perlu dilakukan dalam rangka menandingi pengaruh lobi Israel di Amerika Serikat guna membangun dialog antara AS dan dunia Islam, dan untuk mengajaknya mencari cara damai dalam memecahkan permasalahan Irak dan permasalahan serupa lainnya. Banyak kalangan AS menginginkan negeri mereka mengambil kebijakan Timur Tengah yang lebih adil. Banyak negarawan, ahli strategi, wartawan dan cendekiawan telah mengungkapkan hal ini, dan gerakan "perdamaian antar peradaban" harus digulirkan dengan bekerjasama dengan kalangan tersebut.

2) Pendekatan yang mengajak pemerintah AS kepada pemecahan masalah secara damai haruslah dibawa ke tingkat pemerintahan dan masyarakat sipil.

Bersamaan dengan ini semua, jalan keluar paling mendasar terletak pada sebuah proyek yang dapat menyelesaikan seluruh permasalahan antara dunia Islam dan Barat, dan dapat mengatasi perpecahan, penderitaan dan kemiskinan di dunia Islam dan sama sekali merubahnya, dan ini adalah Persatuan Islam.

Perkembangan terakhir telah menunjukkan bahwa seluruh dunia, tidak hanya wilayah-wilayah Islam, memerlukan sebuah "Persatuan Islam." Persatuan ini haruslah mampu meredam unsur-unsur radikal di Dunia Islam, dan membangun hubungan baik antar negara-negara Islam dan Barat, khususnya Amerika Serikat. Persatuan ini juga hendaknya membantu menemukan jalan keluar bagi induk dari seluruh permasalahan yang ada: perseteruan Arab-Israel. Hanya dengan penarikan diri Israel hingga batas wilayahnya sebelum tahun 1967, dan pengakuan bangsa Arab atas keberadaannya, akan ada perdamaian sesungguhnya di Timur Tengah. Dan umat Yahudi dan Muslim – yang keduanya keturunan Nabi Ibrahim dan beriman pada satu Tuhan saja – dapat hidup berdampingan di Tanah Suci, sebagaimana yang telah mereka tunjukkan di abad-abad yang lalu. Dengan demikian, Israel takkan lagi memerlukan strategi untuk mengganggu keamanan atau memecah-belah negara-negara Arab. Dan Israel takkan menghadapi balasan atas pendudukannya dalam bentuk kekerasan dan ketakutan terus-menerus terhadap upaya penghancuran terhadapnya. Lalu, keduanya, anak-anak Israel dan Irak (juga Palestina) dapat tumbuh dalam lingkungan yang damai dan aman. Inilah wilayah Timur Tengah yang seharusnya didambakan dan berusaha diwujudkan oleh setiap orang yang bijak.

Kumpulan Artikel Harun Yahya

Artikel-artikel karya Harun Yahya kini tengah diterbitkan di berbagai media cetak di Turki dan di banyak negara di dunia. Pada bagian ini Anda bisa mendapatkan sejumlah artikel karya penulis dalam bahasa Indonesia.

Rahasia di Balik Materi tidak sama dengan Wahdatul Wujud Informasi di Balik Materi dan Lauhul Mahfuzh
Bencana Kemanusiaan Akibat Darwinisme Keajaiban Lebah Madu
Di Balik Perang Irak Kemampuan Memahami Ayat-Ayat Allah…
Kisah Terkini tentang Burung-Dino dan Fakta Sesungguhnya Nyamuk: Pemakan Darah?
Upaya Keras Paul Davies untuk Mendukung Teori "Multiverse" Nyamuk dan Petualangannya
Makhluk-makhluk bercahaya Arsitek-arsitek Mungil di Alam
"Apakah mereka tidak memperhatikan unta?" Yang Hendaknya Dipikirkan Manusia
Jawaban kepada Andya Primanda Bagaimana Memahami Ayat Allah di Alam
Lumba-Lumba, Sang Arsitek Kapal Selam Berpikir Secara Mendalam
Mesin Canggih Berbahan Bakar Gula Capung: Mesin Terbang Super Canggih
Ruang Raksasa Dalam Atom Pompeii, Imitasi Sodom di Italia
Para Pakar dari Dunia Serangga Kaum Luth
Berang-Berang, Insinyur Pembuat Bendungan Bangsa-bangsa yang Dihancurkan Allah
Keajaiban Dalam Rahim Ibu Kaum Nabi Nuh
Kamuflase dan Perilaku Cerdas Binatang Laba-laba: Sang Insinyur Ahli
Tawon Bermadu Migrasi Kupu-kupu Raja
Langit yang Mengembalikan Muslim Sedunia Menyambut Ramadhan
Lebah Madu : Sang Arsitek dan Penari Ulung Big Bang, Ledakkan yang Menghancurkan Paham Materialisme (1)
Hikmah Kematian Big Bang, Ledakkan yang Menghancurkan Paham Materialisme (2)
Kisah Mengagumkan Kehidupan Lebah Madu Perjalanan Hidup Manusia 'Bersel Satu'
Makhluk Hidup Tiruan? Venus dan Sundew: Ahli Penangkap Serangga
Segala Sesuatu Yang Kita Miliki Merupakan Karunia Allah Keajaiban Tumbuhan
Berpikirlah Sejak Anda Bangun Tidur Belalai Gajah: Lebih dari Sekadar Hidung
Duri pun Bisa Jadi Makanan Hakikat Teori Evolusi Darwin: Perang Terhadap Agama
Evolusi: Doktrin Ateis Berkedok Sains Evolusi: Inspirasi bagi Komunisme
Antara Zionisme dan Yahudi Kapitalisme dan Seleksi Alam di Bidang Ekonomi
Di Balik Tabir Nazi: Evolusi Membedakan Zionisme dari Yahudi
Evolusi, Rasisme dan Kolonialisme

Syukron Jazamululloh.......Hadanalloh waiyyakum....