My Favourite Pic

My Favourite Pic
Like a so much
Powered By Blogger

Simak Qur'an dengan hati yang tenang let's Go...

Lihat Tangal Sekarang Tuh,......biar gak lupa... okey..

Arsip Blog

Kamis, 30 Oktober 2008

Ulama Kecam Penghinaan Sahabat Nabi

Persatuan Ulama Muslim Internasional (IUMS) mengritik berbagai penghinaan terhadap para sahabat Nabi Muhammad SAW. Di Indonesia, justru mendapat “legitimasi” tokoh Islam. Aneh kan?

Hidayatullah.com--PERSATUAN Ulama Muslim Internasional (IUMS) mengritik berbagai penghinaan terhadap para sahabat Nabi Muhammad SAW serta upaya untuk menyebarkan ajaran syiah di masyarakat yang mayoritas Suni atau sebaliknya. IUMS juga menekankan pentingnya persatuan umat Islam.

Demikian hasil pertemuan dua hari IUMS yang dihadiri Ketuanya, Syeikh Yusuf Al-Qaradhawi, Wakil Ketua Ayatollah Mohammad Ali Taskhiri dan Sekjen Dr Mohammad Salim Al-Awwa. Juga hadir sejumlah ulama muslim terkenal dari seluruh dunia termasuk Syeikh Abdullah bin Bayyah, Dr Esam Al-Bashir, Dr Jamal Badawi, Syeikh Salman Al-Auda, Dr Ali Al-Qura Daghi dan banyak lagi.

"Kami menegaskan kembali persatuan umat Islam de-ngan semua pemikirannya," demikian hasil kesimpulan IUMS usai pertemuan Dewan Pengawas IUMS selama dua hari di Doha, ibukota Qatar.

Para ulama menekankan pentingnya menghormati para sahabat Nabi Muhammad SAW, para istrinya dan kaum muslim lain.

"Kita tidak boleh menghina mereka," ungkap para ulama IUMS seraya menyebutkan tentang dikeluarkannya sejumlah fatwa yang relevan dengan hal ini.

IUMS juga mendesak penghentian segala upaya untuk menyebarkan pemikiran aliran Suni dan Syiah di negara-negara dimana ajaran yang lain lebih menonjol.

IUMS menekankan pentingnya saling menghormati di kalangan para ulama muslim dari berbagai aliran.

"Hak-hak kaum minoritas untuk mengikuti ajaran atau aliran Suni atau Syiah mesti dihargai," simpul IUMS.

IUMS juga menolak penghinaan terhadap Syeikh Al-Qaradhawi setelah peringatannya baru-baru ini tentang upaya yang dilakukan beberapa kelompok dan organisasi Syiah untuk menyebarkan ajaran mereka di negara yang mayoritas Sunni.

"Dewan mengutuk keras penghinaan terhadap Syeikh Qaradhawi dan upaya untuk mencemarkan legalitasnya dalam mempertahankan Islam dan persatuan bangsa," ujar perwakilan IUMS.

IUMS mendesak Teheran untuk mengambil tindakan keras terhadap Mehr News Agency (MNA), sebuah kantor berita yang berafiliasi ke Iranian Islamic Propagation Organization, atas kampanyenya menentang Qaradhawi.

Sebelumnya, MNA pernah menyebut Dr. Qaradhawi sebagai ‘agen zionisme’. IUMS meminta MNA untuk minta maaf kepada Syeikh Yusuf Al-Qaradhawi atas berbagai tuduhan dan dugaan yang tak berdasar terhadap ulama berkharismatik ini.

Legitimasi

Sementara di dunia para ulama menggalang kekuatan guna ‘melawan’ para penghina Nabi dan para sahabatnya, di Indonesia, beberapa kasus yang mengarah penghinaan sahabat Nabi justru mendapat legitimasi kalangan tokoh Islam.

Belum lama ini, Yayasan Wakaf Paramadina bekerjasama dengan penerbit Dian Rakyat menerbitkan edisi Indonesia sebuah buku berjudul “Kebenaran yang Hilang: Sisi Kelam Praktik Politik dan Kekuasaan dalam Sejarah Kaum Muslimin” , karya Farag Fouda (Judul aslinya: al-Haqiqah al-Ghaybah), selanjutnya judul buku ini disingkat KYH.

Sebagaimana diketahui, Farag Fouda adalah seorang doktor Ekonomi Pertanian di Mesir. Dia dikenal sebagai juru bicara yang sangat vokal dari kaum liberal di Mesir. Sejumlah ulama al-Azhar membuat pernyataan, bahwa Fouda telah murtad dari agama Islam, karena pendapat-pendapatnya dinilai menghujat Islam.

Dalam buku Faraq Fouda, Fouda,”Usman diposisikan sebagai orang paling hina dan paling sial di antara umat Islam.” (hal.27).

Meski buku ini sangat ‘menghina’ sahabat Usman, Guru Besar Filsafat Sejarah, Universitas Nasional Yogyakarta (UNY), Prof. Dr. Syafi`i Maarif terpesona karya ini.

”Terlalu banyak alasan mengapa saya menganjurkan Anda membaca buku ini. Satu hal yang pasti: Fouda menawarkan ”kacamata” lain untuk melihat sejarah Islam. Mungkin Fouda akan mengguncang keyakinan Anda tentang sejarah Islam yang lazim dipahami. Namun kita tidak punya pilihan lain kecuali meminjam ”kacamata” Fouda untuk memahami sejarah Islam secara lebih autentik, obyektif dan komprehensif,” tulisannya. [iol/htb/hid/cha/www.hidayatullah.com]

Tidak ada komentar:

Syukron Jazamululloh.......Hadanalloh waiyyakum....