My Favourite Pic

My Favourite Pic
Like a so much
Powered By Blogger

Simak Qur'an dengan hati yang tenang let's Go...

Lihat Tangal Sekarang Tuh,......biar gak lupa... okey..

Arsip Blog

Jumat, 31 Oktober 2008

Hubungan Muslim-AS Dipertaruhkan di Pemilu AS?

Amerika Serikat (AS) akan terikat pada dunia Muslim pada abad-abad mendatang. Ada enam juta Muslim di Amerika, dan banyak orang Amerika yang bekerja dan tinggal di 56 negara berpenduduk mayoritas Muslim

Oleh: Ghassan Michel Rubeiz *

Hidayatullah.com--Menindaklanjuti berita-berita akan kehancuran ekonomi selama seminggu, debat kepresidenan dan kewakilpresidenan yang disiarkan televisi pun kembali membahas hubungan luar negeri dalam agenda kampanye -- terutama isu-isu penting bagi hubungan Muslim-AS. Terkait dengan putaran kampanye sebelumnya akan dugaan akar Muslim Obama, referensi Sarah Palin akan "tugas dari Tuhan" di Iraq, referensi berulang John McCain pada "islam radical" dan contoh-contoh lain mania media terhadap Islam, orang mungkin memiliki impresi bahwa masa depan hubungan Amerika dengan dunia Muslim bergantung pada hasil pemuli 2008.

Tetapi bukan itu masalah sesungguhnya.

Amerika akan terikat pada dunia Muslim pada abad-abad mendatang. Ada enam juta Muslim di Amerika, dan banyak orang Amerika yang bekerja dan tinggal di 56 negara berpenduduk mayoritas Muslim. Sepuluh dari seribu pelajar Muslim belajar di Amerika, dan masyarakat Amerika akan terus memainkan peran interkultural yang positif.

Koneksi antara dua dunia itu melebihi dispora, kerja ekspatriat dan pariwisata. Washington adalah sekutu Pakistan dalam perang melawan terorisme; sekutu Turki melalui NATO; pemain utama dalam konflik Arab-Israel; aktif dalam diplomasi dengan bangsa Siprus, Balkan, Malaysia, Indonesia, dan Filipina.

Walau banyak kebijakan-kebijakan Amerika terhadap negara-negara Muslim berbentuk kerjasama dan bantuan, Amerika juga terlibat dalam dua perang aktif di negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim dan berkonfrontasi dengan Iran secara agresif mengenai persoalan nuklir dan hubungan dengan Hizbullah dan Hamas.

Hubungan-hubungan ini – entah dalam kepentingan umum, imigrasi atau kompetisi -- akan memainkan peranan jangka panjang dalam hubungan Muslim-AS setelah pemilu November.

Mengenai berbagai persoalan yang berkembang dalam pertarungan presidensial ini, tiga hal yang berpengaruh secara langsung pada hubungan Amerika dengan Muslim – secara domestik maupun internasional – adalah masa depan Iraq, independensi dari minyak Timur Tengan dan resolusi bagi problem Israel-Palestina.

Tak satu pun kandidat menyampaikan sebuah rencana komprehensif untuk mengakhiri perang di Irak. Keduanya bertentangan mengenai apa yang disebut sukses. Obama fokus pada kebijakan menarik pasukan (16 bulan setelah ia terpilih), sementara McCain menekankan "kejayaan" militer, denga penarikan pasukan sebagai faktor sekunder. Nyatanya, pemerintahan Bush telah menerima penarikan sebagain besar pasukan untuk dua tahun ke depan, karena pemerintahan Irak kini merasa lebih ama dan menuntut penarikan segera pasukan AS sebelum terlambat.

Hal yang benar-benar mempengaruhi hubungan Amerika dengan dunia mulsim bukanlah waktu penarikan, maupun stabilisasi Irak dan persatuan dan kesatuan negara tersebut. Tak ada partai dalam pemilu ini yang memiliki rencana jelas bagaimana mengamankan irak untuk jangka waktu yang lama, bagaimana menjaga keutuhannya dan menyesuaikan negara yang telah terrestrukturasi itu dengan kawasan di sana. Inilah kesempatan-kesempatan yang ada untuk meningkatkan hubungan Muslim-AS.

Sebagaimana untuk persoalan kedua mengenai relevansi khusus bagi hubungan As-Muslim, kedua kandidat bersuara vokal pada kebutuhan untuk merdeka dari minyak Timur Tengah. Otonomi minyak secara tiba-tiba tidaklah realistik. Sementara, negara-negara Arab tetap tenang dengan keinginan Amerika itu dan tetap hadir terbuka di pasar AS.

Sebuah reduksi gradul pengimporan minyak dari Timur Tengan, terintegrasi dan diiringi dengan dukungan AS atas industrialisasi Arab, tak hanya akan membawa pada otonomi bagi Amerika tetapi juga ransangan bagi bangkitnya ekonomi industri negara-negara minyak, menyediakan pekerjaan bagi jutaan generasi muda. Banyak negara-negara minyak mengoperasikan "perekonimian sewa" yang rentan. Perekonomian minyak juga membutuhkan independensi dari minyak melalui diversifikasi.

Palestina dan bias perasaan AS terhadap Israel adalah persoalan ke tiga yang dapat mempengaruhi hubungan Washington dengan Muslim. Berbeda dengan McCain, Obama tampak memiliki rangsangan kuat untuk mendukung proses perdamaian TImur Tengah. Bagaimanapun, dengan terbelahnya Palestina dan Hamas secara politis dalam hal kepemimpinan, usaha AS menengahi Palestina dan Israel tampaknya masih jauh.

Tentu masih terdapat kesempatan bagi AS untuk berperan di Timur Tengah. Amerikas Serikat dapat bekerja lebih keras dalam proses perdamaian Suriah dan Israel, dan memulai babak baru pendekatan dengan Iran. Jika terdapat perkembangan dalam diplomasi AS-Suriah-Iran, proses perdamaian Arab-Israel otomatis akan terpacu.

Pemilu-pemilu mendatang bisa mempengaruhi dinamika konflik Irak dan Afghanistan ke depan, mempengaruhi profil penghematan energi dan langkah proses perdamaian Arab-Israel. Mengabaikan partai mana yang ada di Gedung Putih, bulan Januari 2009 nanti, Amerika serikat harus melanjutkan kerja sama dengan negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim untuk menjadi tuan rumah isu-isu internasional, dan menyadari pentingnya Muslim Amerika dalam konstituensi-konstituensi politik serta kebhinekaan sosial Amerika.

* Dr. Ghassan Michel Rubeiz iadalah komentatar Arab Amerika dan mantan sekretaris Timur Tengah untuk Dewan Gereja Dunia yang berbasis di Jenewa. Artikel ini diterbitkan pertama kali di Washington Post/Newsweek's Post Global dan ditulis bagi Kantor Berita Common Ground (CGNews).

Tidak ada komentar:

Syukron Jazamululloh.......Hadanalloh waiyyakum....